Sambungan Part III
Gambar Sekadar Hiasan |
Lagi seminggu Hanan
akan melahirkan bayi yang ketiga. Kalau muzakkar, namanya Umar.
Kalau muannas, pastinya Siti
Muthiah. Muhammad tidak sabar menanti
saat itu. Saat lahirnya marjan, sebagai
tanda kasih berpanjangan. Hanan terlalu
banyak berkorban. Begitu teguh di
belakangnya. Tika dia turun berjuang.
Kasihan Muhammad melihat Hanan.
Lain pula dia kali ini.
Benar-benar tidak bermaya.
Mukanya pucat. Langkahnya
longlai. Mujur senyuman itu
menghilangkan kecatatan yang ada.
" Abang... Takut rasanya kali ini."
" Kenapa? Kan abang ada."
" Entah bang. Melahirkan ni umpama nyawa di hujung
tanduk."
" InsyaAllah,
segalanya akan selamat."
" Abang..."
" Ya."
" Kalau ada
apa-apa yang berlaku pada ayang..."
" Tak akan ada
apa-apa yang berlaku."
"
Kalau-kalau..."
" Semua akan
selamat," pintas Muhammad.
"
Kalau-kalaulah... Abang nikahilah Nona
sebagai pengganti ayang."
Inilah wanita....
Sekali tergores, sekali terusik, payah nak
sembuh...
Prasangka tidak pernah
luput...
Muhammad mengerti...
Prasangka itu tandanya sayang...
Tapi,
usahlah begitu. Benarlah kata
seorang motivator. Wanita itu mudah
tersentuh. Sensitif benar hatinya. Emosinya tidak dapat dibendung. Sentiasa mengikutinya. Menjadi pengawal peribadi yang setia. Hanan juga tidak terkecuali.
"Percayalah Hanan. Cinta abang untuk Hanan seorang."
" Encik
Muhammad... Nampaknya pihak kami hanya
punya satu jalan. Sama ada ingin
menyelamatkan si bayi, atau si ibu."
" Selamatkan
keduanya," Muhammad seolah memberi
arahan.
Muhammad memegang erat
isterinya. Muka Hanan pucat lesi. Diusapnya rambut hitam Hanan. Diciumnya pipi itu. Muhammad ingin menangis tetapi tidak sanggup
membiarkan air matanya gugur ke bumi.
Bukan kerana ego. Hanan sendiri
tidak menangis. Masakan dia boleh
menangis? Darah begitu banyak tetapi
tangisan bayi masih belum kedengaran.
Hanan sedaya upaya melawan sakitnya.
Yang penting, anak Muhammad itu
lahir ke dunia. Nyawanya nombor
dua. Nafasnya kian sesak. Tiba-tiba... Kedengaran bayi mendendangkan lagunya. Makin lama, makin rancak bunyinya. Serentak
dengan itu, Hanan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
"TIDAK ADA YANG LEBIH MANIS DALAM
KEHIDUPAN INI MELAINKAN APABILA KITA BERJAYA MEMPEROLEH KEMANISAN IMAN DAN MENGECAP
CINTA ILAHI"
~Nor Azura~
Tiada ulasan:
Catat Ulasan